TUHAN MENURUT SOCRATES


Sekilas Tentang Socrates

Socrates adalah filosof Yunani yang hidup dalam abad IV sebelum Masehi dan wafat pada tahun 399 sebelum Masehi, dia terkenal dengan sebagai ahki fikir yang dalam sejarah pengetahuan mendapatkan tempat dan penghargaan sesuai dengan hasil karya dan fikirannya.

Socrates adalah murid Phitagoras yang utama, dimana terkenal dengan semboyannya: “Kenalilah diri engkau dengan diri engkau sendiri”.

Adanya Tuhan

Sebagai seorang ahli fikir, ia turut membahas masalah Ketuhanan dengan logika yang simpel dengan menetapkan adanya wujud Tuhan yang wajib disembah. Ia memiliki  sistem pengetahuan manusia tentang Tuhan, yakni ada dua jalan. Pertama, berdasar pada bukti-bukti alam. Kedua, dengan alasan-alasan sejarah.

Melalui bukti-bukti alam dengan membentangkan peristiwa-peristiwa alam itu sendiri. Sedangkan melalui alasan sejarah, dengan mengemukakan tabiat manusia yang dengan sendirinya tertarik kepada Tuhan yang menjadikan, mengatur, dan memelihara manusia.

Socrates mengatakan bahwa Tuhan sangat besar perhatiannya kepada makhluk-makhluk-Nya. Ia juga mengakatan: “Bagaimanakah engkau mengatakan bahwa Tuhan tidak memperhatikan makhluk-Nya, padahal engkau mengetahui bahwa Tuhan sudah memberikan sifat-sifat khas untuk manusia, yang tidak terdapat pada makhluk lainnya. Engkau wahai makhluk yang beroleh dua macam nikmat yang mahal sekali, apakah engkau mengira bahwa Tuhan tidak memperhatikan engkau dan tidak menyelenggarakan  keperluanmu? Apalagi yang belum disebutkan Tuhan bagi engkau supaya insyaf akan yang demikian itu?

Demikian dalil ‘aqilah yang dikemukakan oleh Socrates tentang kepastian Tuhan dan tentang perlunya manusia menyembah Tuhan.

Keesaan Tuhan

Socrates pada zamannya adalah orang yang berjuang untuk melarang penyembahan berhala dan menyuruh manusia menyembah Tuhan Yang Maha Esa serta berbuat kebaikan dan menghentikan kemungkaran. Rajanya adalah juga penyembah berhala, akan tetapi raja tidak marah pada Socrates, disebabkan Socrates dimata raja adalah orang yang baik perbuatannya. Akan tetapi, tindakan Socrates itu, membuat marah para kepala agama penyembah berhala dan berusaha memakai nama rakyat banyak untuk menyalahkan Socrates. Sebelas orang hakim rakyat menyuruh Socrates memilih hukumannya untuk mati, kemudian Socrates memilih racun untuk kematiannya.

Demikian Socrates telah menjalani hukuman itu dengan tenang dalam mempertahankan kepercayaannya dengan teguh. Ia mati dengan keyakinan dirinya tentang Esanya Tuhan Yang Maha Pencipta. Begitulah Socrates memahami konsep agama atau kepercayaan tentang adanya Tuhan dan Keesaan Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Ya’qub. Hamzah, Filsafat Agama Titik Temu Akal dengan Wahyu, Penerbit “Pedoman Ilmu Jaya”, Jakarta, 1992.


Comments