SHAHIH MUSLIM


A. PENDAHULUAN
Bagi umat Islam (Sunni), eksistensi kitab Sahih Muslim sangatlah penting. Alasan pokoknya adalah karena dalam kitab tersebut banyak hadis Nabi yang dinilai sahih, yang note bene merupakan sumber ajaran Islam di samping al-Qur’an. Mengingat pentingnya kitab tersebut, maka sangatlah perlu khususnya bagi umat Islam untuk memahaminya secara luas dan rinci dalam memahaminya secara mendalam dan mengamalkannya secara mantap.
Dari sekian banyak kitab koleksi hadis, telah sangat dikenal bahwa kitab Sahih Muslim oleh para ulama hadis dinilai dan dikatagorikan sebagai salah satu rujukan standar. Dikalangan para ulama hadis dan sebagian masyarakat muslim banyak yang menempatkan kitab ini ke dalam kelompok enam hadis paling sahih (al-kutub al-sahih al-sittah). Ini menunjukkan bahwa kitab ini memiliki keistimewaan walaupun juga terdapat kekurangannya.
Aspek-aspek penting lainnya yang sangat perlu diungkap dari kitab ini masih banyak, seperti pengenalan terhadap penyusunannya, sejarah kemunculan dan penulisannya, setting sosial politiknya, karya-karyanya, dan yang lainnya. Kesemuanya itu perlu dijabarkan secara memadai guna menambah pemahaman terhadap kitab ini.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Imam Muslim
Nama lengkap Imam muslim adalah Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi al-Naisaburi. Beliau dinisbatkan kepada kota Naisabur, kota kelahirannya di Iran bagian timur-laut. Beliaujuga dinisbatkan kepada nenek moyangnya atau kabilahnya yaitubQusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah bin Sa’sa’ah suatu keluarga bangsawan besar. Ia dilahirkan pada tahun 206 H.
Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu hadits memang luar biasa. Sejak usia dini, beliau telah berkonsentrasi mempelajari hadits. Beliau mulai belajar hadits, ketika usianya 12 tahun. Beruntung, beliau dianugerahi kelebihan berupa ketajaman berfikir dan ingatan hafalan. Ketika berusia sepuluh tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli hadits, yaitu Imam Ad Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadits Nabi SAW, dan mulai berani mengoreksi kesalahan dari gurunya yang salah menyebutkan periwayatan hadits.
Ia juga melakukan perjalanan ke berbagai kota dan daerah untuk berguru kepada ulama-ulama hadis terkemuka, ia peri ke Hijaz, Iraq, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dalam lawatannya Imam Muslim banyak mengunjungi ulama-ulama kenamaan untuk berguru hadith kepada mereka. Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu ‘Ansan. Di Irak ia belajar hadith kepada Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas’Abuzar; di Mesir berguru kepada ‘Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadith yang lain. Ia pernah berkali-kali mengunjungi kota Baghdad dan berguru kepada sejumlah ulama hadis senior. Ketika imam Bukhari datang ke kota ini pun, ia aktif sekali menghadiri majlisnya, menimba ilu, serta mengikuti jejaknya.
Imam Muslim yang dikenal sangat tawadhu’ dan wara’ dalam ilmu itu telah meriwayatkan puluhan ribu hadits. Menurut Muhammad Ajaj Al Khatib, guru besar hadits pada Universitas Damaskus, Syria, hadits yang tercantum dalam karya besar Imam Muslim, Shahih Muslim, berjumlah 3.030 hadits tanpa pengulangan. Bila dihitung dengan pengulangan, katanya, berjumlah sekitar 10.000 hadits. Sementara menurut Imam Al Khuli, ulama besar asal Mesir, hadits yang terdapat dalam karya Muslim tersebut berjumlah 4.000 hadits tanpa pengulangan, dan 7.275 dengan pengulangan. Jumlah hadits yang beliau tulis dalam Shahih Muslim itu diambil dan disaring dari sekitar 300.000 hadits yang beliau ketahui. Untuk menyaring hadits-hadits tersebut, Imam Muslim membutuhkan waktu 15 tahun.
Maslamah bin Qasim menegaskan, “Muslim adalah tsiqqat, agung derajatnya dan merupakan salah seorang pemuka (Imam).” Senada pula, ungkapan ahli hadits dan fuqaha’ besar, Imam An-Nawawi, “Para ulama sepakat atas kebesarannya, keimanan, ketinggian martabat, kecerdasan dan kepeloporannya dalam dunia hadits.”
Murid-murid Imam Muslim
Par ulama pun banyak yang meriwayatkan hadis dari Imam Muslim, diantaranya: Abu Hatim Al-Razi, Musa bin Harun, Ahmad bin Salamah, Yahya bin Sa’id, Abu ’Isa al-Tirmizi, dan masih banyak lagi. Diantara muridnya, yang paling menonjol adalah Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan, seorang ahli fikih yang zahid, yang merupakan periwayat utama dalam Sahih Muslim
Karya-karya Imam Muslim
Imam Muslim berhasil menghimpun karya-karyanya, antara lain seperti: 1) Al-Asma’ wal-Kuna, 2) Irfadus Syamiyyin, 3) Al-Arqaam, 4) Al-Intifa bi Juludis Siba’, 5) Auhamul Muhadditsin, 7) At-Tarikh, 8.) At-Tamyiz, 9) Al-Jami’, 10) Hadits Amr bin Syu’aib, 11) Rijalul ‘Urwah, 12)Sawalatuh Ahmad bin Hanbal, 13) Thabaqat, 14) Al-I’lal, 15) Al-Mukhadhramin, 16) Al-Musnad al-Kabir, 17) Masyayikh ats-Tsawri, 18) Masyayikh Syu’bah, 19) Masyayikh Malik, 20) Al-Wuhdan, 21) As-Shahih al-Masnad, dan lain-lain.
Pada Ahad sore, dalam usia 55 tahun Imam Muslim wafat. Jenazahnya dikubur esok harinya, senin 25 Rajab 261 H di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Nisabur.
2. Setting Sosial-Politik
Imam Muslim hidup pada masa daulah Abbasiyah yang pusat kekuasannya di kota Baghdad. Beliau hidup pada masa Abbasiyah II, yaitu pada Khalifah al-Mutawakkil sejak 232 H=847 M. Pada masa ini keadaan politik dan militer mengalami kemerosotan, namun dalam bidang ilmu pengetahuan, tidak keterkecuali hadis, mengalami zaman keemasan. Keadaan ini muncul karena negara-negara bagian kerajaan Islam berlomba-lomba memberi penghargaan dan kedudukan terhormat kepada para ulama dan para pujangga.
Keadaan ini sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan hadis. Pada masa ini, hadis-hadis Nabi semakin menyenar luas ke berbagai wilayah. Sementara itu, pemalsuan hadispun kian merajalela. Dalam suasana seperti ini, bangkitlah para ulama hadis termasuk Imam Muslim dengan menghimpun dan menyeleksi hadis-hadis dari berbagai daerah, kemudian lahirlah kitab Sahihnya.
Ada dua hal yang melatarbelakangi dan memovitasinya dalam menyusun kitab tersebut, yaitu:
1. Kerena pada masanya masih sangat sulit mencari referensi koleksi hadis-hadis sahih dengan kandungan yang komprehensif dan sistematis.
2. Karena pada masanya terdapat kaum Zindiq yang selalu membuat dan menyebarkan hadis palsu dan menyampuradukkan antara yang sahih dan tidak.
3. Kitab Sahih Muslim
Di antara kitab-kitab di atas yang paling agung dan sangat bermanfat luas, serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al-Jami’ as-Shahih, terkenal dengan Shahih Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling shahih dan murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Shahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam.
Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadis-hadis yang diriwayatkan, membandingkan riwayat-riwayat itu satu sama lain. Muslim sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan lafaz-lafaz, dan selalu memberikan isyarat akan adanya perbedaan antara lafaz-lafaz itu. Dengan usaha yang sedeemikian rupa, maka lahirlah kitab Shahihnya.
Bukti konkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, di mana Muslim menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Diceritakan, bahawa ia pernah berkata: “Aku susun kitab Shahih ini yang disaring dari 300.000 hadis.”
Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, yang berkata : “Aku menulis bersama Muslim untuk menyusun kitab Shahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 buah hadis.
Dalam pada itu, Ibn Salah menyebutkan dari Abi Quraisy al-Hafiz, bahawa jumlah hadith Shahih Muslim itu sebanyak 4.000 buah hadith. Kedua pendapat tersebut dapat kita kompromikan, yaitu bahawa perhitungan pertama memasukkan hadis-hadis yang berulang-ulang penyebutannya, sedangkan perhitungan kedua hanya menghitung hadith-hadith yang tidak disebutkan berulang.
Imam Muslim berkata di dalam Shahihnya: “Tidak setiap hadis yang shahih menurutku, aku cantumkan di sini, yakni dalam Shahihnya. Aku hanya mencantumkan hadith-hadith yang telah disepakati oleh para ulama hadis.”
Imam Muslim pernah berkata, sebagai ungkapan gembira atas karunia Tuhan yang diterimanya: “Apabila penduduk bumi ini menulis hadis selama 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad ini.”
Ketelitian dan kehati-hatian Muslim terhadap hadis yang diriwayatkan dalam Shahihnya dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut: “Tidaklah aku mencantumkan sesuatu hadis dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan; juga tiada aku menggugurkan sesuatu hadis daripadanya melainkan dengan alasan pula.”
Imam Muslim di dalam penulisan Shahihnya tidak membuat judul setiap bab secara terperinci. Adapun judul-judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebahagian naskah Shahih Muslim yang sudah dicetak, sebenarnya dibuat oleh para pengulas yang datang kemudian. Di antara pengulas yang paling baik membuatkan judul-judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarahnya.
Dalam menyusun kitabnya, Imam Muslim menempuh metode yang bagus sekali. Beliau menghimpun matan-matan hadis yang senada atau setema lengkap dengan sand-sanadnya pada suatu tempat, tidak memisah-misahkan dalam beberapa bab yang berbeda, serta tidak mengulang ulang penyebutan hadis kecuali dalam jumlah sedikit karena adanya kepentingan yang mendesak yang menghendaki adanya pengulangan, seperti untuk menambah manfaat pada sanad atau matan hadis.
Imam Muslim mengatagorikan hadis-hadis kepada tiga macam, yaitu:
1. Hadis-hadis yang perawinya harus adil dan dabit.
2. Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang tidak diketahui keadaannya (mastur) dan hafalannya sedang-sedang saja.
3. Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang lemah hafalannya dan riwayat hadisnya ditinggalkan orang.
Dari ketiga katagori tersebut, Imam Muslim hanya meriwayatkan nomor satu dan dua saja, sedangkan yang ketiga beliau tidak meriwayatkannya.
4. Penilaian Terhadap Sahih Muslim dan hadis-hadisnya.
Menurut para ulama hadis, kitab koleksi hadis Sahih ini memiliki banyak kelebihan, yaitu:
a. Susunan isinya tertib dan sistematis.
b. Pemilihan matannya sangat teliti dan sistematis.
c. Seleksi dan akumulasi sanadnya sangat teliti.
d. Penempatan dan pengelompokan hadis-hadis ke dalam satu tema.
Yang membedakan antara syarat yang ditetapkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari adalah; Jika Imam Muslim mensyaratkan se-zaman dan kemungkinan bertemu dengan perawi diatasnya. Sdangkan Imam Bukhari mensyaratkan harus bertemu dan se-zaman dengan perowi diatasnya.
Adapun kritik yang berkaitan dengan sanadnya. Ad-Daruqutni menyatakan bahwa dalam kitab ini terdapat hadis-hadis yang musnad di’if, selain itu, ada yang melontarkan kritikan bahwa dalam kitab ini terdapat beberapa buah hadis yang mu’allaq, gharib, mubham, munqati’ dan sebagainya. Kritikan-kritikan itu dijawab oleh pakar hadis lain, setelah diteliti ulang ternyata semuanya muttasil. Ke-muttasilan tersebut diketahui ketika hadis yang di bab tersebut tidak sempurna, tetapi di dalam kitab Sahih Muslim di bab lainnya hadisnya lengkap.
C. KESIMPULAN
Kitab Sahih Muslim adalah salah satu kitab hadis yang terkenal atau termasyhur di kalangan umat Islam. Kitab ini bukan hanya terkenal dengan hadis-hadis sahihnya saja. Akan tetapi, hadis-hadis yang di muat dalam kitab sahihnya itu adalah hadis-hadis yang telah disepakati para ulama hadis pada masanya. Bersamaan dengan pujian-pujian yang disematkan kepada karya Imam Muslim tersebut, ada beberapa ulama juga yang mengkritik kitab tersebut. Hal itu disebabkan karena perbedaan pemahaman dan pemaknaan terhadap hadis tersebut.
D. DAFTAR PUSTAKA
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN SUKA, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: TH-Press, 2009.
‘Alimi, Ibnu Amad. Tokoh dan Ulama Hadis, Sidoarjo: Penrbit Mashun, 2008.
Labib MZ dan Muhtadin BA, Mutiara Hadis Shahih Muslim ,CV. Bintang Pelajar.
http://opi.110mb.com/haditsweb/sejarah/sejarah_singkat_imam_muslim.htm

Comments